Dulu simbah saya pernah memberikan wejangan yang selalu saya ingat sampai sekarang. Wejangannya disampaikan dalam bahasa Jawa, terjemahannya sebagai berikut :
"Cucuku, kalau kamu ingin mengetahui apakah seseorang itu sudah tecerahkan atau tidak, sudah bisa mendekati sifat2 gusti allah atau tidak, coba perhatikan seberapa banyak suara yang disebabkan oleh orang itu. Semakin banyak dia membuat suara2 gaduh, semakin jauh dia dari pencerahan apapun."
Setelah saya amati ternyata malam ini wejangan simbah itu terbukti dengan jelas. Banyak orang2 yang pasang petasan dan kembang api di depan rumahnya tanpa memikirkan apakah bunyi petasan itu mengganggu tetangganya atau tidak. Mereka saling adu besar bunyi petasannya, bukan sekedar kembang api seperti di konser2 itu. Di kantorpun sering saya jumpai ada orang2 yang ngakak ngga kira2. Sampai staff2 bule yang ada di sekitarnya hanya bisa senyum2 kecut sambil geleng2 kepala.
Belum lagi kalau di angkutan umum ada orang telepon dengan suara keras seolah2 dia sedang belajar nyanyi di kamar mandi. Di jalanan juga begitu, banyak orang yang membunyikan klakson mobil semaunya, ditambah lagi dengan kebisingan dari motor2 dengan knalpot yang dilepas peredamnya. Termasuk juga TOA yang dipasang keras2 seolah2 semua orang masih primitif dan belum punya alarm penanda.
Jadi kalau ada sebagian orang yang berharap ingin mendapatkan pencerahan, seharusnya dia mulai mengamati seberapa banyak dan seberapa besar bunyi2an yang disebabkan oleh dirinya. Pengamatan terhadap diri ini adalah salah satu bagian dari mengkaji diri. Self reflection.
Konon begitu.
Selamat tahun baru, selamat memasang petasan dan kembang api. :)
"Cucuku, kalau kamu ingin mengetahui apakah seseorang itu sudah tecerahkan atau tidak, sudah bisa mendekati sifat2 gusti allah atau tidak, coba perhatikan seberapa banyak suara yang disebabkan oleh orang itu. Semakin banyak dia membuat suara2 gaduh, semakin jauh dia dari pencerahan apapun."
Setelah saya amati ternyata malam ini wejangan simbah itu terbukti dengan jelas. Banyak orang2 yang pasang petasan dan kembang api di depan rumahnya tanpa memikirkan apakah bunyi petasan itu mengganggu tetangganya atau tidak. Mereka saling adu besar bunyi petasannya, bukan sekedar kembang api seperti di konser2 itu. Di kantorpun sering saya jumpai ada orang2 yang ngakak ngga kira2. Sampai staff2 bule yang ada di sekitarnya hanya bisa senyum2 kecut sambil geleng2 kepala.
Belum lagi kalau di angkutan umum ada orang telepon dengan suara keras seolah2 dia sedang belajar nyanyi di kamar mandi. Di jalanan juga begitu, banyak orang yang membunyikan klakson mobil semaunya, ditambah lagi dengan kebisingan dari motor2 dengan knalpot yang dilepas peredamnya. Termasuk juga TOA yang dipasang keras2 seolah2 semua orang masih primitif dan belum punya alarm penanda.
Jadi kalau ada sebagian orang yang berharap ingin mendapatkan pencerahan, seharusnya dia mulai mengamati seberapa banyak dan seberapa besar bunyi2an yang disebabkan oleh dirinya. Pengamatan terhadap diri ini adalah salah satu bagian dari mengkaji diri. Self reflection.
Konon begitu.
Selamat tahun baru, selamat memasang petasan dan kembang api. :)