Saya sudah beberapa tahun mengamati jalannya diskusi di beberapa group debat. Ada satu sikap yang jarang sekali saya temukan, yaitu sikap berani mengakui kesalahan. Padahal sudah jelas hidup ini adalah trial and error, jadi kalau ada yang salah ya wajar2 saja dan itu layak untuk dimaklumi.
Yang sering saya lihat justru sikap kebalikannya, yaitu hanya ngeyel nggedabrus mempertahankan pendapatnya sendiri tanpa mencoba untuk membuka wawasan yang lebih luas dan mencoba memahami apa yang disampaikan oleh teman diskusinya. Sebetulnya ada juga yang mencoba untuk menjelaskan sudut pandangnya lebih mendetail, tetapi karena kekurangan kata2 sehingga akhirnya yang muncul malah seperti upaya pembelaan diri dengan argumen yang ngawur.
Tidak terlalu masalah dengan hal itu karena itu adalah bagian dari upaya2 pembelajaran. Ada yang berusaha belajar dengan cara yang bijak, tetapi ada juga yang belajar dengan cara yang kemlinthi. Sebetulnya yang diperlukan adalah sikap keterbukaan dalam pemikiran, karena sikap seperti ini yang biasanya lebih memudahkan untuk menyerap berbagai pengetahuan yang ada, mengacu pada kenyataan bahwa di dunia ini tidak ada kebenaran mutlak ataupun kesalahan mutlak. Semuanya hanyalah persepsi terhadap proses dari sebuah perjalanan panjang yang bernama kehidupan.
Yang sering saya lihat justru sikap kebalikannya, yaitu hanya ngeyel nggedabrus mempertahankan pendapatnya sendiri tanpa mencoba untuk membuka wawasan yang lebih luas dan mencoba memahami apa yang disampaikan oleh teman diskusinya. Sebetulnya ada juga yang mencoba untuk menjelaskan sudut pandangnya lebih mendetail, tetapi karena kekurangan kata2 sehingga akhirnya yang muncul malah seperti upaya pembelaan diri dengan argumen yang ngawur.
Tidak terlalu masalah dengan hal itu karena itu adalah bagian dari upaya2 pembelajaran. Ada yang berusaha belajar dengan cara yang bijak, tetapi ada juga yang belajar dengan cara yang kemlinthi. Sebetulnya yang diperlukan adalah sikap keterbukaan dalam pemikiran, karena sikap seperti ini yang biasanya lebih memudahkan untuk menyerap berbagai pengetahuan yang ada, mengacu pada kenyataan bahwa di dunia ini tidak ada kebenaran mutlak ataupun kesalahan mutlak. Semuanya hanyalah persepsi terhadap proses dari sebuah perjalanan panjang yang bernama kehidupan.