Saturday, July 21, 2012

Stockholm Syndrome

Stockholm syndrome adalah sindrom kejiwaan atau disebut juga respon psikologi yang kadang terjadi pada sandera, dimana sandera menunjukkan tanda2 kesetiaan atau juga empati kepada penyanderanya, walaupun mereka jelas2 berada dalam situasi berbahaya sebagai korban penyanderaan. Istilah ini juga digunakan pada situasi yg sama dengan penyanderaan seperti penculikan (penculikan untuk tebusan, pemerkosaan, dll), penahanan dalam situasi perang (POW : Prisoner of War), atau bahkan korban kekerasan oleh keluarga sendiri seperti yg sering terjadi pada wanita dan anak2.

Nama Stockholm syndrome ini mulai digunakan setelah kejadian menghebohkan perampokan Kreditbanken yg terjadi di Norrmalmstorg, Stockholm, pada bulan Agustus 1973, dimana kejadian tersebut berlangsung sampai 6 hari lamanya, dalam kejadian perampokan ini para korban yg dijadikan sandera malah melindungi/membela penyanderanya, bahkan pada saat sidang mereka tetap menunjukkan sikap seperti itu.

Istilah ini yg kemudian memperkaya kosakata kita, pertama kali digunakan oleh seorang kriminologis yg juga psikiater bernama Nils Bejerot yg membantu polisi pada saat kejadian perampokan Kreditbanken. Gejala2 yg dikaitkan dengan sindrom ini adalah akibat dari stres emosional dan fisik yg dialami korban yg menjadi subjek penculikan/penyanderaan dan gejala ini timbul tanpa disadari oleh si korban.

Database FBI menunjukkan bahwa kasus semacam ini terjadi sampai 27% dari semua kasus penyanderaan.

Kondisi Stockholm syndrome ini menjadi terkenal dimana-mana dan menginspirasi banyak cerita novel dan skenario film bahkan dijadikan judul lagu.

2 comments:

Note: Only a member of this blog may post a comment.